BAB I
PENDAHULUAN
Manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal,
mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini
diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan
manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di
atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”. Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan
pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmani juga harus berlangsung
secara bertahap. Optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan dapat tercapai
bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan
atau pertumbuhannya. Tujuan pendidikan merupakan
faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh
pendidikan itu. Demikian pula halnya dengan Pendidikan Agama Islam, yang tercakup mata
pelajaran akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan
dari pendidikan agama.
Namun banyak sekali
kita temukan keragaman atau perbedaan format dan konsep pendidikan agama,
kususnya pendidikan agama islam di Indonesia, seperti halnya penerapan konsep
pendidikan agama dipesantren dan disekolah umum. Pada dua lembaga pendidikan
yang berbeda ini tentunya mempunyai konsep yang berbeda juga dalam memberikan
ilmu-ilmu pengetahuan tentang islam. Di Pesantren, penerapan ilmu-ilmu agama
menjadi faktor sentral daripada pengetahuan umum, namun pengetahuan umum juga
sebagai pondasi para santri untuk menghadapi krisis global yang kita hadapi
saat ini . Berbeda dengan pendidikan agama yang diterapkan di sekolah-sekolah
umum yang ada pada saat ini, hampir 99 % penerapan ilmu pengetahuan umum yang
ditangguhkan. Dalam hal ini tentunya kualitas yang dihasilkan antara dua
lembaga ini sangatlah berbeda. Oleh karena itu, saya disini akan membahas tentang
perbedaan pendidikan agama islam di pesantren dan disekolah umum, yang kemudian
saya kembangkan dalam satu tema yang berjudul : MINIMNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DISEKOLAH UMUM.
1.2.1
Apakah pengertian pendidikan agama
islam?
1.2.2
Bagaimana pendidikan agama islam di
sekolah umum?
1.2.3
Apa pengaruh dan dampak Moral
minimnya pendidikan islam di sekolah umum?
1.2.4
Bagaimana cara mengatasi minimnya
pendidikan agama islam di sekolah umum?
Agama merupakan sumber moral. Manusia sangatlah memerlukan
akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah
mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada
hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini sangatlah
berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri. Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan
perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk
atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi
dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin
machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa
saja kemudian bangsa dan negara hancur binasa.
Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan
oleh akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”.
1.4 Tujuan
pulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini
adalah:
1.4.1
Mengetahui pengertian
pendidikan agama islam secara umum.
1.4.2
Memberikan pengetahuan dan
informasi tentang pendidikan agama islam di sekolah-sekolah umum
1.4.3
Mengetahui pengaruh dan dampak
minimnya pendidikan islam di sekolah umum?
1.4.4
Memberikan solusi atas minimnya
pendidikan agama islam di sekolah umum?
Penulisan ini bermanfaat bagi:
1.5.1 Penulis, sebagai
salah satu cara untuk bisa memperoleh ilmu pengetahuan dalam penulisan karya
tulis dan sebagai wawasan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
pendidikan islam.
1.5.1 Masyarakat,
memberikan informasi dan pendapat tentang minimnya pendidikan agama islam di sekolah
umum?
1.5.2 Lembaga Pendidikan, dapat
dijadikan alternative dan evaluasi untuk meningkatkan
pendidikan agama islam di lembaganya masing-masing.
1.5.4 Pemerintah, membantu pemerintah untuk menganalisis dan
mengevaluasi konsep umum dalam penyelenggaraan pendidikan agama islam baik
disekolah umum maupun di pesantren.
1.5.5 Lingkungan,
mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang
muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia
menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri,
mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan
sesama umat manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian pendidikan itu
bermacam-macam, hal ini disebabkan karena perbedaan falsafah hidup yang dianut
dan sudut pandang yang memberikan rumusan tentang pendidikan itu. Menurut Sahertian (2000 :
1) mengatakan bahwa pendidikan adalah "usaha
sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.". Sedangkan Ihsan
mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan
kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa
yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan
norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita
dan pernyataan tujuan pendidikannya (Ihsan, 1996 : 1). Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai
dengan ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27)
Pendidikan agama
dapat didefenisikan sebagai upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan
yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt kepada manusia, upaya tersebut
dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada
Allah (Bawani, 1993 : 65). Ahli lain juga menyebutkan bahwa pendidikan agama
adalah sebagai proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang
beriman dan bertakwa agar manusia menyadari kedudukannya, tugas dan fungsinya
di dunia dengan selalu memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri,
masyarakat dan alam sekitarnya serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
(termasuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya) (Ali, 1995 : 139). Para ahli pendidikan islam
telah mencoba memformutasi pengertian pendidikan Islam, di antara batasan yang
sangat variatif tersebut adalah :
1.
Al-Syaibany mengemukakan bahwa pendidikan agama islam adalah proses mengubah tingkah laku
individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya.
Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai sesuatu
aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam
masyarakat.
2.
Muhammad fadhil al-Jamaly
mendefenisikan pendidikan Islam sebagai upaya pengembangan, mendorong serta
mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang
tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan
terbentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurnah, baik yang berkaitan
dengan potensi akal, perasaan maupun perbuatanya.
3.
Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa
pendidikan islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama (insan kamil)
4.
Ahmad Tafsir mendefenisikan pendidikan
islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir, 2005 : 45).
Dari batasan di atas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) agar dapat mengarahkan kehidupannya
sesuai dengan ideologis atau gaya pandang umat islam selama hidup di dunia. Adapun pengertian lain pendidikan agama islam secara alamiah adalah manusia tumbuh
dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap
demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui
proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan manusia dan kejadian alam
semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di atas hukum alam yang
ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.
Pendidikan
sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek
rohaniah dan jasmani juga harus berlangsung secara bertahap oleh karena suatu
kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan
dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan
akhir perkembangan atau pertumbuhannya. Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar atau kegiatan yang
disengaja dilakukan untuk membimbing sekaligus mengarahkan anak didik menuju terbentuknya
pribadi yang utama (insan kamil) berdasarkan nilai-nilai etika islam dengan
tetap memelihara hubungan baik terhadap Allah Swt (HablumminAllah) sesama
manusia (hablumminannas), dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
2.2 Ruang
Lingkup Ajaran Islam
Ruang lingkup ajaran islam meliputi
tiga bidang yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak
a. Aqidah
Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk
jamaknya ialah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau
lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah ialah
bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh
seorang muslim/mukmin. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun
iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada
kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Akhir dan kepada qada’dan
qadar.
· Syari’ah
Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah Saw. Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari Munakahat (perkawinan), termasuk di dalamnya soal harta waris (faraidh) dan wasiat
Syari’ah arti bahasanya jalan, sedang arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesama manusia dan alam seluruhnya, peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan disebut ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Muamalah. Rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji termasuk ibadah, yaitu ibadah dalam artinya yang khusus yang materi dan tata caranya telah ditentukan secara parmanen dan rinci dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululah Saw. Selanjutnya muamalah dapat dirinci lagi, sehingga terdiri dari Munakahat (perkawinan), termasuk di dalamnya soal harta waris (faraidh) dan wasiat
·
Tijarah (hukum niaga) termasuk di dalamnya
soal sewa-menyewa, utang-piutang, wakaf.
·
Hudud dan jinayat keduanya merupakan hukum
pidana islam
Hudud ialah hukum bagi tindak
kejahatan zina, tuduhan zina, merampok, mencuri dan minum-minuman keras.
Sedangkan jinayat adalah hukum bagi tindakan kejahatan pembunuhan, melukai
orang, memotong anggota, dan menghilangkan manfaat badan, dalam tinayat berlaku
qishas yaitu “hukum balas”
·
Khilafat (pemerintahan/politik islam)
·
Jihad (perang), termasuk juga soal ghanimah
(harta rampasan perang) dan tawanan).
·
Akhlak/etika
Akhlak adalah berasal dari bahasa Arab
jamat dari “khuluq” yang artinya perangai atau tabiat. Sesuai dengan arti
bahasa ini, maka akhlak adalah bagian ajaran islam yang mengatur tingkahlaku
perangai manusia. Ibnu Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan “keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan fikiran”. Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan,
kepada nabi/rasul, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada tetangga,
kepada sesama muslim, kepada non muslim. Dalam Islam selain akhlak dikenal juga
istilah etika. Etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat (Amin, 1975 : 3) Jadi, etika adalah
perbuatan baik yang timbul dari orang yang melakukannya dengan sengaja
dan berdasarkan kesadarannya sendiri serta dalam melakukan perbuatan itu dia
tau bahwa itu termasuk perbuatan baik atau buruk.
Etika harus
dibiasakan sejak dini, seperti anak kecil ketika makan dan minum dibiasakan
bagaimana etika makan atau etika minum, pembiasaan etika makan dan minum sejak
kecil akan berdampak setelah dewasa. Sama halnya dengan etika berpakaian, anak
perempuan dibiasakan menggunakan berpakaian berciri khas perempuan seperti
jilbab sedangkan laki-laki memakai kopya dan sebagainya. Islam sangat memperhatikan
etika berpakai sebagaimana yang tercantum dalam surat al-Ahsab di atas.
2.3 Pentingnya Pendidikan Agama Bagi Kehidupan
Agama sangatlah penting dalam
kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga
diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat
dibutuhkanya agama oleh manusia. Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu
pengetahuan belum berkembang tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu
dan teknologi telah demikian maju.
Berikut ini sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia.
a. Agama merupakan
sumber moral. Manusia sangatlah
memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan.
Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa
moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini
sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas
sendiri.
Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa saja kemudian bangsa dan negara hancur binasa.
Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”. Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadapan”
Demikian dikatakan oleh Prof. Dr.
Alexis Carrel seorang sarjana Amerika penerima hadiah nobel 1948 “moral dapat
digali dan diperoleh dalam agama, karena agama adalah sumber moral paling
teguh. Nabi Muhammad Saw di utus tidak lain juga untuk membawa misi moral,
yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
W.M. Dixo dalam “The Human Situation” menulis “ Agama betul atau salah dengan ajarannya percaya kepada Tuhan dan kehidupan akherat yang akan datang, adalah dalam keseluruhannya kalau tidak satu-satunya peling sedikit kita boleh percaya, merupakan dasar yang paling kecil bagi moral”.
Dari tulisan W.M. Dixon di atas ini
dapat diketahui bahwa agama merupakan sumber dan dasar (paling kuat) bagi
moral, karena agama menganjurkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan
akherat. Pendapat Dixon ini memang betul. Kalau orang betul beriman bahwa Tuhan
itu ada dan Tuhan yang ada itu maha mengetahui kepada tiap orang sesuai dengan
amal yang dikerjakannya, maka keimanan seperti ini merupakan sumber yang tidak
kering-keringnya bagi moral. Itulah sebabnya ditegaskan oleh Rasulullah Saw.
Yang artinya : ”Orang mukmin yang paling sempurna imanya ialah orang mukmin
yang paling baik akhlaqnya” (Riwayat Tirmizi).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya
moral oleh manusia, karena agama bersumber dari agama. Dan agama menjadi sumber
moral, karena agama menganjurkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akherat, dan
selain itu karena adanya perintah dan larangan dalam agama.
b. Agama merupakan
petunjuk kebenaran Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah
apa yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya
besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat
diperoleh manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin
mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain
juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.
Tetapi dapat disayangkan, sebagaimana
telah disebutkan dalam uraian terdahulu, sebegitu jauh usaha ilmu dan filsafat
untuk mencapai kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah sampai kepada kebenaran
relatif atau nisbi, padahal kebenaran relatif atau nisbi bukanlah kebenaran
yang sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya ialah kebenaran mutlak dan
universal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut dan berlaku
untuk semua orang. Tampakya sampai kapanpun masalah kebenaran akan tetap
merupakan misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang
bernama akal, atau ilmu atau juga filsafat (Demoikritas, 2004 : 360-460)
Kebenaran itu dalam sekali letaknya
tidak terjangkau semuanya oleh manusia. Penganut-penganut sufisme, yaitu aliran
baru dalam filsafat Yunani yang timbul pada pertengahan abad ke-5 menegaskan
pula”. Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh manusia. Kemudian Bertrand Rossel
seorang Failosuf Inggris termasyur juga berkata “apa yang tidak sanggup
dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq dan
bathil). Segala sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang
ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya “Sesungguhnya
telah kami turunkan al-Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu
memberi kepastian hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukkan
oleh Allah kepadamu” (an-Nisa’, 105)
c. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika Prof Arnoid Toynbee memperkuat pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia. Dalam bukunya “An Historian’s Aproach to religion” dia menulis, “ Tidak ada satu jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk memikirkan rahasia alam semesta”. Ibnu Kholdum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal ada sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan atau soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah sebagai mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya ialah karena akal mempunyai batas-batas yang membatasinya. Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak terjawab oleh akal.
d. Agama
memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala duka. Hidup manusia di dunia yang
pana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia
bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya
kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang
terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari
suka dan duka yang silih berganti.
Firman Allah Swt yang artinya :
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang
buruk dan dengan yang baik sebagai ujian” (al-Ambiya, 35). Dalam masyarakat dapat
dilihat seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka
ini. Misalnya dikala suka, orang mabuk kepayang da lupa daratan. Bermacam
karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi
malah membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45)
Berdasarkan uraian di atas penulis
dapat menyimpulkan bahwa sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu
di rundung duka. Misalnya orang hanyut dalam himpitan kesedihan yang
berkepanjangan. Dari sikap yang keliru seperti itu dapat timbul gangguan
kejiwaan seperti lesu, murung, malas, kurang gairah hidup, putus asa dan merasa
tidak berguna bagi orang lain. Pendidikan Agama Islam
PEMBAHASAN
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain
bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma
masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita
dan pernyataan tujuan pendidikannya (Ihsan, 1996 : 1).
Menurut Sahertian (2000 : 1) mengatakan bahwa pendidikan adalah "usaha sadar yang dengan sengaja
dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.".
Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai
dengan ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27)
Atau sebagai usaha
sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil
melakukan ajaran Islam (doing), dan
melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (being).
Pelaksanaan pendidikan agama islam disekolah atau
madrasah sangatlah minim sekali. Banyak kritik dan tanggapan yang bernada
negatif tentang pendidikan agama islam disekolah, berbagai persoalan seperti
kurang berhasilnya perubahan sikap dan perilaku siswa. Anggapan tentang
kelemahan pendidikan agama islam disekolah ini juga didukung melalui suatu
hasil study Litbang agama dan diklat keagamaan tahun 2000. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Furchan dalam masnun bahwa : “ merosotnya moral dan akhlak
para peserta didik disebabkan antara lain akibat kurikulum pendidikan agama
yang kurang maksimal dan terlampau padat materi, dan materi tersebut lebih
mengedepankan aspek pemikiran ketimbang membangun kesadaran keberegamaan yang
utuh.
Dari berbagai persoalan maupun gejala-gejala yang
dikemukakan diatas, tentu akan sering menimbulkan pertanyaan dikalangan
masyarakat, tentang bagaimana peranan pendidikan agama islam disekolah umum
dalam membina moral serta merubah watak dan kepribadian anak bangsa.
3.3
Dampak
minimnya pendidikan islam di sekolah umum
Terjerumusnya
Generasi Islam kedalam bermacam perbuatan ala jahiliyah itu, diakibatkan
lemahnya aqidah, sehingga sangat mudah untuk terpengaruh dalam berbagai hal
negatif, seperti , menjadi penguna obat-obatan terlarang, gemar berjudi,
berzina, adu domba, dan beralih Aqidah dari agama islam yang seutuhnya.
Salah satu
Faktornya, adalah minimnya ilmu agama islam serta lemahnya fungsi
kontrol publik terhadap kesenjangan pendidikan selama ini, mengapa tidak,
bahwa waktu untuk belajar ilmu agama islam nyaris sudah
menyita habis oleh pendidikan dunia.
Bila hal itu
terus di biarkan, maka dalam limit waktu yang tidak lama, kedepan,
berbagai kemungkinan akan mengancam dunia islam, sebab generasi islam
tidak lagi dibaringi dengan pemantapan Aqidah islam secara utuh,
terangnya.
Dampak moral
Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang
membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari
pada binatang buas sendiri.
Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan
perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk
atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi
dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin
machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa
saja kemudian bangsa dan negara hancur binasa. Dalam kehidupan seringkali
moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu
dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadapan”
3.4
Solusi mengatasi dampak
minimnya pendidikan islam di sekolah umum
Mengoptimalkan
pendidikan agama kepada masyarakat adalah sangat penting, agar generasi
muda, anak-anak hingga usia dini, untuk memantapkan aqidah didadanya, dengan
tujuan jadi penangkal diri dari pengaruh propokatif pihak non muslim.
Berikut
ini adalah cara-cara atau solusi untuk mengatasi dampak minimnya pendidikan islam di sekolah umum:
1. Menjadikan mata pelajaran agama sebagai Ujian Nasional ditingkat
pendiddikan dasar sampai pendidikan tingkat atas. Dengan demikian secara
otomatid peserta didik yang tersebar dimanapun akan juga mementingkan ilmu
agama.
2. Merubah atau meningkatkan kurikulum dan program serta konsep pendidikan
agama islam baik di DEPDIKNAS maupun di sekolah masing-masing.
3. Meningkatkan program-program yang bersifat religius disekolah umum.
4. Menjadikan program religius sebagai program unggulan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya agama dalam
kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, karena agama
bersumber dari agama. Dan agama menjadi sumber moral, karena agama menganjurkan
iman kepada Tuhan dan kehidupan akherat, dan selain itu karena adanya perintah
dan larangan dalam agama.
Dan di simpulkan bahwa tujuan pendidikan islam
pada intinya adalah : Terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut
Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada
Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dan mengantarkan anak didik
menjadi kholifah di bumi guna mencapai kebahagian dunia dan akherat.
Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup
muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT agar
mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah
kepada-Nya.
Pendidikan Islam adalah usaha merubah tingkah laku individu didalam
kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam
sekitar melalui proses pendidikan.
Tujuan pendidikan Islam adalah "suatu istilah untuk mencari
fadilah, kurikulum pendidikan islam berintikan akhlak yang mulia dan mendidik
jiwa manusia berkelakuan dalam hidupnya sesuai dengan sifat-sifat kemanusiaan
yakni kedudukan yang mulia yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala melebihi
makhluk-makhluk lain dan dia diangkat sebagai khalifah.
4.2 Saran
Untuk
mengoptimalkan pendidikan agama islam kepada masyarakat ataupun kepada peserta
didik agar tidak semata dibebankan pada pundak pemerintah,
melainkan peran aktif orang tua perlu ditingkatkan. Hendaknya semua
bahan ajar mengarah kepada terbentuknya manusia beriman dan bertaqwa
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad, 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Mujib Abdul. 2006.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana Prenada
Media.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
§ NAMA
LENGKAP : ATHO’
ILLAH
§ NIM :
12110172
§ SEKOLAH :
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
§ ALAMAT :
Desa SUMBERWULUH
CANDIPURO-LUMAJANG
§ NOMOR HP : 085230797600
§ TEMPAT
TANGGAL LAHIR : LUMAJANG, 5 JANUARI
1993
§ JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
§ AGAMA/STATUS :
ISLAM/BELUM MENIKAH
§ PENGALAMAN :
1. Ketua OSIS SMPN
Candipuro
2. Ketua OSIS
SMAN Pasirian
3. Pramuka Garuda Lumajang
4.
Kader pencegahan NAPZA
5. Lomba cipta dan baca puisi se Jawa-Bali
§ PENDIDIKAN :
LULUS SDN SUMBERWULUH 04 CANDIPURO LUMAJANG TAHUN 2006
LULUS SMP NEGERI 1 CANDIPURO LUMAJANG TAHUN 2008
LULUS SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG TAHUN 2012
KULIAH DI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2012
Demikian daftar
riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan agar dapat
dipertimbangkan.
Hormat saya,
Atho’ Illah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar