PENDAHULUAN
1.1 Latar balakang
Pendidikan Islam merupakan hal yang tidak bisa
terlepas dari kehidupan umat Islam. Pendiddikan merupakan unsur terpenting bagi
manusia untik meningkatkan kadar keimanannya terhadap Allah SWT, karena orang
semakin banyak mengerti tentang dasar-dasar Ilmu pendidikan Islam maka
kemungkinan besar mereka akan lebih tahu dan lebih mengerti akan terciptanya
seorang hamba yang yang beriman. Manusia hidup dalam dunia ini tanpa mengenal
tentang dasar-dasar Ilmu pendidikan Islam, maka jelas bagi mereka sulit untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, apa lagi menjadi hamba yang beriman.
Pendidikan, bagaimanapun juga merupakan hal
yang paling urgen dalam kehidupan manusia. Pendidikan dari era dulu hingga kini
tetap merupakan hal yang harus diprioritaskan melebihi yang lain.
Islam telah memerintahkan manusia, utamanya
kaum muslimin, untuk mencari ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat. Maka
dari itu pendidikan merupakan hal urgen dalam Islam, di mana mulai Rasulullah
SAW hidup pun, pendidikan merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh
setiap kaum muslimin. Pendidikan
Islam pun tentunya mempunyai bagian atau komponen yang berkait satu sama
lainnya.
Dalam
kaitannya pernyataan diatas dapat diberikan definisi bahwa kita perlu
mempelajari suatu hal yang lebih dalam tentang Islam. Namun banyak orang yang
belum mengerti apa saja yang menjadi dasar-dasar Ilmu pendidikan Islam.Maka
dari itu dalam makalah ini akan dibahas tentang dasar-dasar dan komponen
pendidikan Islam, yang semuanya saya
rangkum dalam makalah yang berjudul : Analisis
Dasar-dasar Pendidikan Islam.
1.2 Perumusan
Masalah
Rumusan
masalah
dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan pengertian dasar-dasar
pendidikan islam?
1.2.2 Apa saja yang menjadi dasar-dasar pendidikan islam?
1.2.3 Apa saja komponen
dasar pendidikan islam?
1.2.4 Apa tujuan dan peran pendidikan islam?
1.3
Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui pengertian dasar-dasar
pendidikan islam.
1.3.2 Mengetahui dasar-dasar pendidikan
islam.
1.3.3 Mengetahui komponen
dasar-dasar pendidikan islam.
1.3.4 Mengetahui Tujuan dan peran
pendidikan islam
1.4 Ruang
lingkup
Ruang lingkup yang saya tulis dalam makalah ini
merupakan fokus terhadap materi dasar-dasar pendidikan islam yang didalamnya
terkandung tentang pengertian (secara umum dan menurut para ahli), komponen
serta tujuan dan peran pendidikan islam.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan
Untuk mengetahui pendidikan lebih jelas, maka
kita uraikan terlebih dahulu pendidikan definisi secara umum.
Dalam Dictionary of Education dijelaskan bahwa
pendidikan adalah:
a. Proses di mana seseorang mengembangkan
kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah lainnya dalam masyarakat di mana dia
hidup.
b. Suatu proses sosial di mana orang dihadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga seseorang dapat
memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan individual dan sosial secara
optimal.
Pengertian pendidikan menurut para ahli:
a. Langeveled
Pendidikan adalah usaha, pengaruh dan
perlindungan yang diberikan kepada anak tertuju
pada pendewasaan anak supaya cakap di dalam melaksanakan tugas hidupnya.
b. J.J. Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita pembekalan uang
tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada waktu dewasa.
c. Ki
Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak agar mereka sehingga anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan adan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
d. Dwikara
Pendidikan adalah pemanusiaan
manusia/mengangkat manusia ke taraf insani.
Pengertian pendidikan menurut UU Sisdiknas
tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan bagi peranannya di masa akan datang.
e. UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya untuk masyarakat, bangsa, bangsa dan negara.[1]
2.2 Pentingnya Pendidikan Agama Bagi Kehidupan
Agama sangatlah penting dalam
kehidupan manusia. Demikian pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga
diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat
dibutuhkanya agama oleh manusia. Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu
pengetahuan belum berkembang tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu
dan teknologi telah demikian maju.
Berikut ini sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia.
a. Agama merupakan
sumber moral. Manusia sangatlah
memerlukan akhlaq atau moral, karena moral sangatlah penting dalam kehidupan.
Moral adalah mustika hidup yang membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa
moral pada hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini
sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas
sendiri.
Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa saja kemudian bangsa dan negara hancur binasa.
Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan “bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”. Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia kepada kebiadapan”
Demikian dikatakan oleh Prof. Dr.
Alexis Carrel seorang sarjana Amerika penerima hadiah nobel 1948 “moral dapat
digali dan diperoleh dalam agama, karena agama adalah sumber moral paling
teguh. Nabi Muhammad Saw di utus tidak lain juga untuk membawa misi moral,
yaitu untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
W.M. Dixo dalam “The Human Situation” menulis “ Agama betul atau salah dengan ajarannya percaya kepada Tuhan dan kehidupan akherat yang akan datang, adalah dalam keseluruhannya kalau tidak satu-satunya peling sedikit kita boleh percaya, merupakan dasar yang paling kecil bagi moral”.
Dari tulisan W.M. Dixon di atas ini
dapat diketahui bahwa agama merupakan sumber dan dasar (paling kuat) bagi
moral, karena agama menganjurkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan
akherat. Pendapat Dixon ini memang betul. Kalau orang betul beriman bahwa Tuhan
itu ada dan Tuhan yang ada itu maha mengetahui kepada tiap orang sesuai dengan
amal yang dikerjakannya, maka keimanan seperti ini merupakan sumber yang tidak
kering-keringnya bagi moral. Itulah sebabnya ditegaskan oleh Rasulullah Saw.
Yang artinya : ”Orang mukmin yang paling sempurna imanya ialah orang mukmin
yang paling baik akhlaqnya” (Riwayat Tirmizi).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya
moral oleh manusia, karena agama bersumber dari agama. Dan agama menjadi sumber
moral, karena agama menganjurkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akherat, dan
selain itu karena adanya perintah dan larangan dalam agama.
b. Agama
merupakan petunjuk kebenaran Salah satu hal yang ingin diketahui
oleh manusia ialah apa yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan
menjadi tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran
itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan
filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan
filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu,
yaitu masalah kebenaran.
Tetapi dapat disayangkan, sebagaimana
telah disebutkan dalam uraian terdahulu, sebegitu jauh usaha ilmu dan filsafat
untuk mencapai kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah sampai kepada kebenaran
relatif atau nisbi, padahal kebenaran relatif atau nisbi bukanlah kebenaran
yang sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya ialah kebenaran mutlak dan
universal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut dan berlaku
untuk semua orang. Tampakya sampai kapanpun masalah kebenaran akan tetap
merupakan misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang
bernama akal, atau ilmu atau juga filsafat (Demoikritas, 2004 : 360-460)
Kebenaran itu dalam sekali
letaknya tidak terjangkau semuanya oleh manusia. Penganut-penganut sufisme,
yaitu aliran baru dalam filsafat Yunani yang timbul pada pertengahan abad ke-5
menegaskan pula”. Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh manusia. Kemudian Bertrand Rossel
seorang Failosuf Inggris termasyur juga berkata “apa yang tidak sanggup
dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq dan
bathil). Segala sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang
ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya “Sesungguhnya
telah kami turunkan al-Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu
memberi kepastian hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukkan
oleh Allah kepadamu” (an-Nisa’, 105)
c. Agama
merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika Prof Arnoid Toynbee
memperkuat pernyataan yang demikian ini. Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan
ini tabir rahasia alam semesta juga ingin di singkap oleh manusia. Dalam
bukunya “An Historian’s Aproach to religion” dia menulis, “ Tidak ada satu
jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk
memikirkan rahasia alam semesta”. Ibnu Kholdum dalam kitab
Muqaddimah-nya menulis “akal ada sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya
pasti dan bisa dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat
dari soal-soal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati,
atau sifat-sifat Tuhan atau soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah
sebagai mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang gunung, ini
tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya ialah
karena akal mempunyai batas-batas yang membatasinya. Berhubungan dengan itu
persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia dan belum mendapat
penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak terjawab oleh akal.
d. Agama
memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala duka. Hidup manusia di dunia yang
pana ini kadang-kadang suka tapi kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia
bukanlah surga, tetapi juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya
kegembiraan yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang
terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari
suka dan duka yang silih berganti.
Firman Allah Swt yang artinya :
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang
buruk dan dengan yang baik sebagai ujian” (al-Ambiya, 35). Dalam masyarakat dapat
dilihat seringkali orang salah mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka
ini. Misalnya dikala suka, orang mabuk kepayang da lupa daratan. Bermacam
karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi
malah membuat manusia jahat. (Shaleh, 2005: 45)
Berdasarkan uraian di atas
penulis dapat menyimpulkan bahwa sikap yang salah juga sering dilakukan orang
sewaktu di rundung duka. Misalnya orang hanyut dalam himpitan kesedihan yang
berkepanjangan. Dari sikap yang keliru seperti itu dapat timbul gangguan
kejiwaan seperti lesu, murung, malas, kurang gairah hidup, putus asa dan merasa
tidak berguna bagi orang lain. Pendidikan Agama Islam
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pendidikan Islam
Sebelum
membahas pendidikan Islam terlebih dahulu penulis sedikit menguraikan apa arti
pendidikan itu sendiri. Istilah pendidikan dalam konteks Islam lebih banyak
dikenal dengan nama At-Tarbiyah, At-Ta’lim, At-Ta’dib, dimana nama tersebut
mempunyai makna yang berbeda. Dari ketiga istilah tersebut telah banyak menimbulkan
perdebatan diantara para ahli mengenai istilah mana yang paling tepat untuk
menunjuk kegiatan “pendidikan”.
Dalam
bukunya Abu Tauhid memberikan pemahaman tentang ketiga istilah di atas yaitu :
kata At-Ta’lim yang lebih tepat ditujukan untuk istilah “pengajaran” yang hanya
terbatas pada kegiatan menyampaikan atau memasukkan ilmu pengetahuan ke otak
seseorang.[2] Jadi lebih sempit dari istilah “pendidikan”
yang dimaksud, dengan kata lain At-Ta’lim hanya sebagai bagian dari pendidikan.
Dan kata At-Ta’dib lebih tepat ditujukan untuk istilah “pendidikan ahlak”
semata, jadi sasarannya hanyalah pada hati dan tingkah laku (budi pekerti.)
sedangkan kata At-Tarbiyah mempunyai pengertian yang lebih luas dari At-Ta’lim
dan At-Ta’dib bahkan mencakup kedua istilah tersebut.
Untuk
itu ditijau dari segi asal bahasanya, sebagaimana diutarakan Abdur Rahman
An-Nahlawi, kata At-Tarbiyah memiliki tiga asal yaitu :
· Kata At-Tarbiyah berasal dari
kata رَبَا يَرْبُوْ Yang mempunyai arti زَادَ
وَنَمَا (bertambah dan tumbuh
)
· Kata At-Tarbiyah berasal dari
kata رَبِيَ- يَرْبَي yang mempunyai arti تَرَعْرَعَ نَشَأَ وَ
( tumbuh dan berkembang menjadi dewasa )
· Kata At-Tarbiyah berasal dari
kata ر ب – ير ب yang mempunyai arti اَصْلَحَهُ:
وَتَوَلَّى اَمْرَهُ : وَسَاسَهُ وَقَامَ عَلَيْهِ وَرَعَاهُ ( memperbaiki, mengurusnya, memimpinnya dan mengawasi serta
menjaganya.)[3].
Dari
pengertian di atas istilah At-Tarbiyah mengandung berbagai kegiatan yang berupa
menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, mengurus, maupun mengawasi serta
menjaga anak didik. Dengan berbagai kegiatan ini maka potensi-potensi yang ada
dalam diri anak didik akan mengalami perkembangan ke arah kemajuan.
Sedangkan pengertian pendidikan secara terminologi telah banyak para pakar yang mencoba merumuskannya berdasarkan hasil ijtihad sehingga tak mengherankan jika sampai saat ini banyak definisi pendidikan Islam yang masing-masing mengandung persamaan dan perbedaan.
Sedangkan pengertian pendidikan secara terminologi telah banyak para pakar yang mencoba merumuskannya berdasarkan hasil ijtihad sehingga tak mengherankan jika sampai saat ini banyak definisi pendidikan Islam yang masing-masing mengandung persamaan dan perbedaan.
Berikut ini dikemukkan tiga
definisi pendidikan Islam yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli diantaranya
:
- Sayid Sabiq, merumuskan bahwa pendidikan Islam ialah mempersiapkan anak baik dari segi jasmani, segi akal, dan segi rohaniyah sehingga dia menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi umatnya.
- Athiyah Al-Abrasy, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan individu agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
- Anwar Jundi, mengatakan pendidikan Islam yaitu menumbuhkan manusia
dengan pertumbuhan yang terus menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal
dunia.[4]
Dari ketiga definisi di atas mengandung perbedaan, yaitu terletak pada penekanannya, sehingga ketiganya dapat saling melengkapi. Dan apabila ketiga definisi itu dipadukan maka akan tersusun sebuah rumusan pendidikan Islam yang lebih sempurna dan lebih lengkap. Adapun rumusan pendidikan Islam yaitu suatu usaha untuk menyiapkan anak atau individu dan menumbuhkannya baik dari sisi jasmani, akal fikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang terus menerus agar ia dapat hidup dan berpenghidupan sempurna dan ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.
Jadi
pendidikan Islam merupakan pengembangan potensi yang dimiliki anak sesuai
dengan bakat dan minatnya, disamping itu pendidikan harus mempunyai tujuan yang
jelas yang hendak dicapai dan aspek pengembangan akal pikiran sehingga potensi
dasar anak dikembangkan secara leluasa, sehingga kemampuan yang dimiliki anak
akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani
sehingga menjadi manusia yang berguna.
H..M Arifin berpendapat bahwa pendidikan
Islam merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi berlakunya ajaran semua Islam.
Pengertian di atas jelas bahwa
pendidikan Islam berupaya menanamkan takwa dan ahlak kepada anak didik agar
membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi pekerti luhur menurut ajaran
Islam.
Prof. Dr. Muhammad Athiyah
Al-Abrosy
menyatakan bahwa prinsip umum pendidikan Islam adalah mengembangkan berfikir
bebas dan mandiri serta demokratis dengan memperhatikan kecenderungan peserta
didik secara individu yang menyangkut aspek kecerdasan akal, dan bakat dengan
dititik beratkan pada pengembangan ahlak.[5]
Pengertian pendidikan Islam di
atas berupaya mengembangkan anak sesuai dengan akal dan bakat dengan bimbingan
dan dengan dorongan yang dititik beratkan pada pengembangan ahlak.
Pengertian pendidikan maupun pendidikan Islam serta berbagai pengertian di atas
menunjukkan beragamnya pendapat para ahli. Namun memiliki kesamaan yang
mendasar sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah usaha sadar
yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa untuk mengarahkan, membimbing dan
mengembangkan seluruh potensi anak didik agar berkembang lebih maju demi
tercapainya pribadi yang dewasa, mandiri da lebih sempurna dengan berlandaskan
nilai-nilai yang bersumber dari Al-Quran dan Sunah untuk mencapai kebahagiaan
yang akan datang.
Pendidikan Islam merupakan hal yang
terintegrasi dan tak dapat dipisahkan dari ajaran Islam sendiri. Konsep ilmu
dalam Islam-sebagai salah satu unsur pendidikan-hendaknya mengacu kepada
lingkungan dan kebutuhan masyarakat . Karena itu harus bersifat applicable. Hal
ini dapat dilacak dari beragamnya pengetahuan yang diberikan Allah kepada para
nabi dan umat mereka, misalnya, Nuh (as) mendapatkan pengetahuan tentang
pembuatan bahtera (surat Hud, 11:37), Daud diberi pengetahuan tentang pembuatan
baju besi (surat al-Anbiya’, 21:80), umat Nabi Shaleh memiliki keahlian memahat
gunung untuk dijadikan tempat tinggal (surat al-Hijr, 15:82).
3.2 Dasar-dasar pendidikan Islam
Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam harus
merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada
aktivitas yang dicita-citakan. Nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai
yang universal yang dapat dikonsumsikan untuk seluruh aspek kehidupan manusia
serta merupakan standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan selama ini
berjalan.[6]
Berikut adalah macam-macam dasar pendidikan islam:
a.
Al-Qur`an
Al-Qur`an
adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad saw dalam bahasa Arab
yang terang, guna menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia
baik di dunia maupun di akhirat. Terjemahan al-Qur`an kedalam bahasa lain dan
tafsirannya bukanlah al-Qur`an, dan karenanya bukan nash yang qath`i dan
sah dijadikan rujukan dalam menarik kesimpulan ajarannya.[7]
Al-Qur`an
menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Allah swt menjelaskan hal ini
didalam firman-Nya:
Sesungguhnya
Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar,
(Q.S.
Al-Isra`: 9).
Petunjuk
al-Qur`an sebagaimana di kemukakan Mahmud Syaltut di kelompokkan menjadi tiga
pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud al-Qur`an, yaitu:
1. Petunjuk tentang aqidah dan
kepercayaan yang harus dianut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan akan
keesaan Tuhan serta kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan
2. Petunjuk mengenai akhlak yang
murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus
diikuti oleh manusia dalam kehidupan
3. Petunjuk mengenai syariat dan
hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh
manusia dalam hubugannya dengan tuhan dan sesamanya.[8]
b. Sunnah
بَلِّغُوْا
عَنِّيْ وَلَوْايَه (رواه
البخاري)
“Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya
sedikit”. (HR. Bukhari)
كُلُّ مَوْلُوْدٍ ُيْولَدُ عَلى الْفِطْرَةِ
فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِه اَوْيُنَصِّرَانِه اَوْ يُمَجِّسَانِه (رواه
البيهقى)
“Setiap anak yang dilahitkan itu telah membawa fitrah beragam (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tauanyalah yang menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasroni atau Majusi”. (HR. Baihaqi)
“Setiap anak yang dilahitkan itu telah membawa fitrah beragam (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tauanyalah yang menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasroni atau Majusi”. (HR. Baihaqi)
Al-Qur`an
disampaikan oleh Rasulallah saw kepada manusia dengan penuh amanat, tidak
sedikitpun ditambah ataupun dikurangi. Selanjutnya, manusialah hendaknya yang
berusaha memahaminya, menerimanya dan kemudian mengamalkannya.
Sering kali manusia menemui kesulitan dalam
memahaminya,dan ini dialami oleh para sahabat sebagai generasi pertama penerima
al-Qur`an. Karenanya mereka meminta penjelasan kepada Rasulallah saw, yang
memang diberi otoritas untuk itu.
Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah
terhadap al-Qur`an adalah sebagai penjelas. Bahkan Umar bin al-Khaththab
mengingatkan bahwa Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata “
Akan datang suatu kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam
al-Qur`an”. Maka hadapilah mereka
dengan berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang yang bergelut dengan sunah
lebih tahu tentang kitab Allah SWT.
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan dalam
lapangan pendidikan sunnah mempunyai dua faedah:
1.
Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam al-Qur`an dan
menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di dalamnya
2.
Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat di praktikkan [9]
c. Ra`yu
Masyarakat
selalu mengalami perubahan, baik pola-pola tingkah laku, organisasi, susunan
lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan
wewenang dan sebagainya.[10]
Pendidikan
sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai dengan perubahan
yang tejadi di masyarakat. Kita tahu perubahan-perubahan yang ada di zaman
sekarang atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang mestinya tidak dijumpai
pada masa Rasulullah saw, tetapi memerlukan jawaban untuk kepentingan
pendidikan di masa sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad dari pada pendidik
muslim. Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh- sungguh orang muslim
untuk selalu berprilaku berdasarkan ajaran Islam. Untuk itu manakala tidak
ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur`an ataupun Sunnah tentang suatu
prilaku ,orang muslim akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk menemukannya
dengan prinsip-prinsip al-Qur`an atau Sunnah.
d.
Ijtihad
Hasil pemikiran yang berkaitan dengan pendidikan, Ijtihad
sudah dilakukan para ulama sejak zaman shahabat. Namun, tampaknya
literatur-literatur yang ada menunjukkan bahwa ijtihad masih terpusat pada
hukum syarak, yang dimaksud hukum syarak,menurut Ali Hasballah ialah
proposisi-proposisi yang berisi sifat-sifat syariat (seperti wajib, haram,
sunnat) yang di sandarkan pada perbuatan manusia, baik lahir maupun bathin.[11]
Kemudian dalam hukum tentang perbuatan manusia ini tampaknya aspek lahir lebih
menonjol ketimbang aspek bathin.
Dengan
perkataan lain, fiqih zhahir lebih banyak digeluti dari pada fiqih
bathin. Karenanya, pembahasan tentang ibadat, muamalat lebih dominan ketimbang
kajian tentang ikhlas, sabar, memberi maaf, merendahkan diri, dan tidak
menyakiti oang lain. Ijtihad dalam lapangan pendidikan perlu mengimbangi
ijtihad dalam lapangan fiqih (lahir dan bathinnya)
e.
Filsafat
negara
Yaitu
filsafat yang berlaku, dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
f.
Undang-undang
yang berlaku pada negara.
3.3 Komponen
Dasar Pendidikan Islam
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem
yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai
tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan,
yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan.
Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan
diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya
proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari 4
komponen, yaitu:
1) peserta didik
2) pendidik,
3) isi pendidikan dan
4) konteks yang mempengaruhi suasana pendidikan.
Berikut akan diuraikan satu persatu
komponen-komponen tersebut.
1. Peserta Didik
Sehubungan dengan persoalan anak didik
disekolah Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus
dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar
belakang budaya masyarakat peserta didik ?,
bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ?,
hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ?, dan bagaimanakah penguasaan bahasa anak di
sekolah ?
Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan
pendidikan yang memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak
yang memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak
dididk.
2. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan
adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan
sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja..
Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam
lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal
sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas
Syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan,
yang termasuk kategori pendidik adalah :
a. Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh
sifat umum kepribadian orang dewasa , yakni:
1)
manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan
tetap,
2) manusia
yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk
cita-cita untuk mendidik,
3)
manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya
sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri,
4) manusia
yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh
inisiatif,
5) manusia
yang telah mencapai umur kronologs paling rendah 18 th, (6) manusia berbudi
luhur dan berbadan sehat,
6)
manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga, dan
7)
manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
b. Orang Tua
Kedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan
pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai
pedidik utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi
keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
c.
Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik disekolah yang secara
lagsung maupun tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat
untuk melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik
dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan pribadi maupun
persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi didasrkan pada ketentuan yang terkait
dengan nilai dari tingkah laku yang dianut, kemampuan intelektual, sikap dan
emosional. Persyaratan jabatan (profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki
baik yang berhubungan dengan pesan yangingin disampaikan maupun cara
penyampainannya, dan memiliki filsafat pendidikan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d.
Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Selain orang dewasa, orang uta dan guru,
pemimpin masyarakat dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran
pemimpin masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam
mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin
keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan
sifat kerokhanian manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
3. Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan
tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada
peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan
formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan
manusia ideal yang dicita-citakan.
Untuk mencapai manusia yang ideal yang
berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia
perlu diisi dengan bahan pendidikan.
Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari
pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial,
pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan
peindidikan jasmani.
4. Konteks yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan
Lingkungan Lingkungan pendidikan meliputi
segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa
pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada
sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan
kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial
politis, lingkungan sosial.
5. Sarana
Sarana atau media pendidikan berguna untuk
membantu dalam proses pendidikan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan.
6. Metode
Metode dimaksudkan sebagai jalan dalam sebuah
transfer nilai pendidikan oleh pendidik kepada peserta didik. Oleh karena itu
pemakaian metode dalam pendidikan Islam mutlak dibutuhkan.
7. Sistem/Kurikulum
Sistem pembelajaran yang baik akan semakin
menambah peluang untuk berhasilnya sebuah pendidikan. Keseluruhan komponen-komponen tersebut
merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam proses pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
3.4 Tujuan dan Peran Pendidikan Islam
Sebagai ilmu pengetahuan
praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam
sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar
filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik dalam suatu
masyarakat .
Adapun tujuan pendidikan Islam itu sendiri
identik dengan tujuan Islam sendiri. Tujuan pendidikan Islam adalah memebentuk
manusia yang berpribadi muslim kamil serta berdasarkan ajaran Islam. Hal ini
dapat dilihat dalam firman Allah QS. Ali Imran ayat 102.
Sedangkan tujuan khusus
pendidikan Islam menurut Ali Ashraf adalah :
1. Mengembangkan wawasan spiritual
yang semakin mendalam, serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam
dalam konteks kehidupan modern.
2. Membekali anak muda dengan
berbagai pengetahuan dan kebajikan baik pengetahuan praktis, kekuasaan,
kesejahteraan, lingkungan sosial dan pembangunan nasional.
3. Mengembangkan kemampuan pada diri
anak didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan
dan peradaban Islami di atas semua kebudayaan lain.
4. Memperbaiki dorongan emosi melalui
pengalaman imajinatif sehingga kemampuan kretif dapat berkembang dan berfungsi
mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.
5. Membantu anak yang sedang tumbuh
dan belajar berfikir secara logis dan membimbing proses pemikiran dengan
berpijak pada hipoteses dan konsep-konsep tentanag pengetahuan yang dituntut.
6. Mengembangkan wawasan relational
dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih
kebiasaan yang baik.
7. Mengembangkan, menghaluskan dan
memperdalam kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan. (Ibid.,
hal. 130-133)
Dari
tujuan yang ditawarkan Ali Ashraf di atas pendidikan Islam tidak lain bertujuan
untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri si anak didik
baik spiritual, emosi, komunikasi, kecerdasan, sosial dan kepercayaan dirinya
sehingga terwujud penyerahan mutlak pada Allah SWT.
Jadi
tujuan pendidikan dari berbagai rumusan di atas bahwa potensi kecerdasan
merupakan kemampuan yang perlu diperhatikan disamping kemampuan yang lain. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu langkah dan strategi yang melibatkan banyak faktor.
Peranan pendidikan Islam
Secara umum peran pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai
titik kemampuan optimal. Secara structural, pendidikan Islam menuntut adanya
struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik dalam
dimensi vertical maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung
implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi
kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu upaya atau proses mempercepat
perkembangan manusia untuk kemampuan mengemban tugas dan beban hidup, sebagai
kodrat manusia yang memiliki pikiran, yakni manusia yang dapat terdidik dan
mendidik. Pendidikian Islam pada dasarnya memiliki beberapa tujuan. Tujuan yang
terpenting adalah pembentukan akhlak objek didikan sehingga semua tujuan
pendidikan dapat dicapai dengan landasan moral dan etika Islam, yang tentunya
memiliki tujuan kemashlahatan di dalam mencapai tujuan tersebut. Dan
dasar-dasar tersebut juga dapat disimpulkann sebagai berikut:
1. Dasar pendidikan Islam adalah
Islam dengan segala ajarannya, yang bersumber pada al-Qur`an, Sunnah, Ra`yu
(hasil pikir manusia)
2. Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT
yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, guna untuk menjelaskan jalan hidup
yang bermaslahat bagi umat manusia baik di dunia maupun di akhirat
3. Al-Qur`an disampaikan oleh
Rasulullah saw, kepada umat manusia dengan penuh amanat, tidak sedikitpun
ditambah atau dikurangi dan selanjutnya manusialah yang hendak berusaha
memahaminya, menerimanya dan kemudian mengamalkannya.
4. Al-Qur`an, Sunnah, Ra`yu
(hasil pikir manusia) yang paling di dahulukan adalah al-Qur`an, kemudian
Sunnah kemudian baru Ra`yu (hasil pikir manusia)
4.2 Saran
Islam
sebagai agama memiliki makna yang sangat luas dan merupakan sistem illahi dalam
seluruh kehidupan manusia. Islam merupakan syari’at bagi manusia yang dengan
bekal syari’at tersebut manusia mampu memikul dan merealisasikan amanat besar
itu, syari’at tersebut membutuhkan pengalaman, pengembangan dan pembinaan.
Pembinaan inilah yang dimaksud dengan pendidikan Islam. Maka dari itu kita
sebagai manusia sudah selayaknya kita membaca, mempelajari, dan memahami segala
yang ada dibumi melalui ilmu atau dengan kata lain adalah pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.
Athiyah
Al-abrasy.1970.Dasar Pokok Pendidikan Islam.Jakarta: Bulan Bintang.
(hal.
165) alih bahasa, Prof. H. Bustami)
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan.
Jakarta: aneka Cipta.
Nur Uhbiyati.1998.Ilmu
Pendidikan Islam.CV. Bandung :Pustaka
Setia.
Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2005. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Abu
Tauhid dan Mangun Budianto. 1990.Beberapa Aspek Pendidikan Islam,
Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga,) hal.8)
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993.Pemikiran
Pendidikan Islam.Bandung : Trigenda Karya,
Hal. 144)
Pendidikan
dan Kebudayaan.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia ,
Jakarta: Balai Pustaka.
Noer Aly. Ilmu Pendidikan Islam. Kudus: Perpustakaan kudus, 48.
http://www.sarjanaku.com/2013/03/dasar-pendidikan-islam-tujuan.html
http://berbagi-makalah.blogspot.com/2012/06/dasar-dasar-pendidikan-islam.html
[1] UU No. 20 tahun 2003
[5] (Athiyah Al-abrasy, Dasar
Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa, Prof. H. Bustami, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1970) hal. 165)
[6] (Muhaimin
dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Trigenda Karya,
1993 ) Hal. 144)
[7] Lihat Ahmad Tafsi, Ilmu Pendidikan
Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 12
[8] Mahmud Syaltut, Ila al-Qur`an al-Karim (Cairo: Mathba`ah
al-Azhar, 1962), hal. 11-12
[9] Abdurrahman al-Nahlawi, Ushul
al-Tarbiyah al- Islamiyah, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1979), cet ke
[10] Soerjono Soekanto, Pokok
- Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 198), hal. 67-88
[11] Drs. Noer Aly, MA, Ilmu
Pendidikan Islam. Kudus: Perpustakaan kudus, hal. 48.